Teori Motivasi Freud
Freud menggunakan konsep enersi dalam menjelaskan motivasi. Ia menyebut
motivasi dengan enersi psikologis, sekalipun definisi mengenai hal tersebut
tidak pernah dipaparkan secara jelas. Kadang-kadang ia menyamakan enersi psikis
sebagai stimulasi yang terjadi dalam sistem persyarafan dan pada kesempatan
lain ia menganggapnya sebagai sistem hidrolik yang berkaitan dengan penyimpanan
dan pelepasan enersi. Namun dengan demikian Freud menegaskan bahwa enersi
psikis berada dalam salah satu struktur kepribadian yaitu id (aspek psikologis
dari kepribadian). Proses timbulnya enersi psikologis bermula dari adanya
kebutuhan-kebutuhan fisiologis yang menyebabkan ketegangan pada organisme.
Ketegangan ini menimbulkan insting dan dari insting inilah muncul enersi
psikologis.
Berbicara tentang enesi psikologis, tentang insting dan segala hal yang
berkaitan dengan perilaku tidak bisa terlepas dari konsep Freud tentang
struktur kepribadian. Menurut Freud, struktur kepribadian manusia terdiri dari
tiga komponen yaitu: id, ego dan super ego. Id adalah aspek fisiologis, ego
adalah aspek pswikologis dan super ego merupakan aspek moral dari kepribadian.
Id sebagai aspek fisiologis, disebut oleh Freud sebagai gudang raksasa tempat
berkumpulnya insting-insting. Keberadaan insting seperti yang telah disebut di
atas tadi, adalah sebagai akibat dari munculnya kebutuhan-kebutuhan dalam
organisme. Kebutuhan akan air dalam tubuh misalnya, akan memunculkan insting
haus dan kebutuhan akan makanan akan memunculkan insting lapar. Kehadiran
insting bertujuan untuk memberikan pemuasan terhdap kebutuhan yang ada, dengan
cara menghilangkan insting itu sendiri. Misalnya insting haus untuk
menghilangkan rasa haus dan insting lapar untuk menghilangkan kondisi lapar
yang terjadi dalam tubuh. Ketika proses memberikan pemuasan terhadap kebutuhan,
insting memunculkan enersi yang oleh Freud disebut dengan enersi psikologis.
Enersi psikologis ini mendorong munculnya perilaku dalam rangka memberikan
pemuasan terhadap kebutuhan tadi. Misalnya insting haus memunculkan enersi
psikis yang mendorong terjadinya perilaku untuk mencari minuman dan inting
lapar memunculkan enersi psikis yang mendorong organisme untuk mendapatkan
makanan.
Dalam kaitannya dengan proses-proses instingtif menyangkut beberapa hal yaitu:
sumber (source),
tekanan (pressure),
tujuan (aim)
dan objek (object).
Sunber dari insting adalah proses fisiologis yaitu kebutuhan (need). Tekanan adalah
sejumlah kekuatan dalam proses instingtif, yang kekuatannya tergantung pada
jumlah enersi yang ada dalam insting tersebut. Semakin besar enersi yang ada di
dalam insting maka akan semakin besar pula tekanannya. Tujuan dari insting
adalah mendapatkan pemuasan dengan cara menghilangkan atau meredusir stimulasi
yang menimbulkan tegangan. Objek dari insting adalah benda-benda yang dapat
meredusir atau menghilangkan insting dalam arti memberikan pemuasan terhadap
kebutuhan. Misalnya air adalah objek yang dapat menghilangkan insting haus dan
makana adalah objek yang dapat Imenghilagkan insting lapat.
Mekanisme munculnya perilaku menurut Freud sebagai mekanisme penyebaran enersi
psikologis dari struktur kepribadian yang satu ke struktur keparibadian yang
lain yaitu id ego dan super ego. Id sebagai aspek fisiologis memberikan
pelayanan dalam rangka pemuasan terhadap kebutuhan dengan suatu prinsip yang
disebut dengan prinsip kesenangan (pleasure
principle), yang dilayani melalui suatu proses yang disebut dengan
proses primer. Bentuk layanan proses primer adalah refles-refleks dan
berhayal. Berkhayal disini maksudnya membayangkan atau bermimpi tentang
objek pemuasan. Misalnya, bila dalam diri seseorang membutuhkan makanan, maka
yang akan muncul adalah insting lapar. Untuk menghilangkan insting lapar tadi,
id hanya mampu membayangkan atau bermimpi tentang makanan. Memang, proses
tersebut mampu menghilangkan atau mereduksi ketegangan yang disebabkan karena
kebutuhan tadi, tetapi sifatnya hanya sementara, dalam arti bukan pemuasan yang
realistis, maka enersipsikologis di kirim ke ego yang memiliki prinsip kerja
kenyataan (reality
principle). Kemudian, ego sebagai aspek psikologis dari kepribadian
mengambil alih upaya pemuasan dengan cara mengingat, berfikir dalam rangka
upaya menemukan obyek pemuasan dalam hal ini makanan yang realistis untuk orang
yang lapar. Freud berpendapat bahwa dalam kehidupan, seseorang tidak
cukup hanya memenuhi kebutuhan hidupnya dengan obyek-obyek yang riil secara
materi belaka. Karena dalam kenyataan ia akan berhadapan dengan hal-hal yang
sifatnya non materi yaitu nilai-nilai, baik itu nilai-nilai moral maupun
nilai-nilai sosial. Oleh karena itu sekalipun ego sudah menemukan objek pemuasa
yang realistis, ego masih mengirim enersi psikologis ke super ego yang memiliki
prinsip kerja kesempurnaan (perfection
principle). Enersi psikologis dikirim oleh ego ke super ego, dengan
maksud untuk meminta pertimbangan apa objek yang realistis tadi tidak
bertentangan dengan nilai-nilai moral misalnya norma-norma agama atau
norma-norma sosial. Apabila super ego memberikan persetujuan, dalam arti upaya
pemuasan yang akan dilakukan tidak bertentangan dengan norma-norma (agama,
sosial, dan moral), maka dimulailah upaya pemuasan. Memang, adakalanya upaya
pemuasan dilakukan tanpa pertimbangan dari super ego. Ini biasanya dilakukan
orang-orang yang super egonya tidak berkembang dengan baik. Orang yang super
egonya tidak berkembang dengan baik. Orang yang super egonya tidak
berkembang dengan baik atau tidak berkembang secara normal, dimana perilakunya
cenderung impulsif orang tersebut dikategorikan pada orang yang tidak bermoral.
Dalam kaitannya dengan teori motivasi sebagian ahli menggolongakn teori Freud
ini dalam kelompok teori insting, tapi sebagian ahli lain mengelompokkannya
dalam teori kognitif. Karena dalam teori Freud jelas tingkah laku itu muncuk
tidak sema-mata karena adanya enersi psikologis yang bersumber dari insting
saja, tetapi muncul setelah adanya pertimbangan super ego (keputusan moral) dan
atas koordinasi dari ego. Teori Freud ini biasanya dikelompokkan dalam teori
insting, tetapi juga dijadikan sebagai acuan dalam teori motivasi yang
berpendekatan kognitif.
Teori Motivasi Maslow
Maslow
menggunakan piramida sebagai
peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki
kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki
tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan
tersebut adalah sebagai
berikut :
2.
Kebutuhan Keamanan
3.
Kebutuhan Sosial
4.
Kebutuhan Pengakuan
5.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Dalam teori ini saya mengambil daerah ibukota yaitu DKI Jakarta.
Di Jakarta terbagi 5 wilayah, yaitu : Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta
Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan.
1. Kebutuhan
Fisiologis
Yaitu kebutuhan seperti makan, minum, tempat tinggal, dll.
Merupakan kebutuhan yang dianggap sebagai titik awal kebutuhan manusia yang
sering juga disebut sebagai tuntutan fisik. Dalam kebutuhan ini di daerah DKI
Jakarta mungkin sudah tercapai karna dengan bantuan pemerintah yang mengadakan
program Beras Miskin (RASKIN) kepada orang-orang yang kurang mampu. Dalam
program tersebut pemerintah menggunakan produk beras BULOK (Buatan Lokal) yang
harganya cukup murah untuk di konsumen kepada masyarakat di DKI Jakarta yang
kurang mampu. Produk dalam kebutuhan fisiologis ini adalah bahan konsumsi
pokok. Oleh sebab itu masyarakat di daerah DKI Jakarta kebutuhan fisiologis nya
sudah hampir tercapai.
2. Kebutuhan
Keamanan
Ketika kebutuhan fisiologis sudah terpuaskan, maka akan timbul
suatu bidang kebutuhan yang secara garis besar dinyatakan sebagai kebutuhan
akan keamanan. Di Jakarta sendiri kebutuhan ini dibilang masih kurang karna
masih banyak kriminalitas yang masih sering membahayakan, sehingga banyak
orang-orang di Jakarta menggunakan jasa security (satpam). Jasa-jasa security sekarang
banyak yang bermunculan akibat banyak nya permintaan. Jasa security ini
biasanya digunakan di perkantoran, mall, rumah sakit, perumahan, dan
tempat-tempat yang membutuhkannya. Jasa security banyak di gunakan di Jakarta
pusat dan selatan karna di sana banyak perkantoran, mall dan perumahan. Selain
jasa security dalam kebutuhan keamanan juga membutuhkan jasa lain seperti :
alarm perumahan, asuransi (kesehatan, jiwa, pendidikan), dan sekolah.
3. Kebutuhan
Sosial
Ketika kebutuhan fisiologis dan keamanan sudah terpenuhi, maka
akan timbul kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan kebersamaan. Kebutuhan ini
di Jakarta sudah cukup maju sebab dengan perkembangan teknologi yang amat baik
di Jakarta itu sendiri memudahkan masyarakat memperluas jaringan social antara
manusia lain contonya internet. Dengan menggunakan internet manusia bisa
bersosialisasi dan menumbuhkan rasa kebersamaan. Contohnya situs biro jodoh
yang mempertemukan seseorang dan membantu mencari cinta. Di Jakarta sendiri
banyak wilayah yang menggunakan wifi untuk para masyarakat bisa menggunakan
internet secara gratis. Contoh produk kebutuhan social : biro jodoh, club,
tempat rekreasi keluarga, chat line, dsb
4. Kebutuhan
Pengakuan
Umumnya orang akan menginginkan kehidupan yang stabil dan kokoh,
punya penilaian diri yang tinggi, harga diri, dan dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama adalah keinginan akan
kemampuan, prestasi, penghasilan cukup, kenyamanan hidup, kebebasan dan berhak
menentukan pilihan sendiri. Kedua adalah keinginan akan reputasi dan prestise,
pengakuan, perhatian dari orang lain, dan penghargaan. Di Jakarta sendiri
contohnya para anggota DPR, mereka mempunyai jabatan yang bagus, dihargai oleh
masyarakat dan mempunyai kemampuan prestasi yang bagus untuk mengajak
masyarakat untuk memilih beliau. Selain memiliki reputasi yang bagus Para DPR
juga mendapat tunjangan rumah mewah, mobil mewah dan lain-lain. Contoh produk
kebutuhan pengakuan : fashion, mobil mewah, rumah mewah, kosmetik, furniture,
sekolah, dsb
5. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Setelah semua kebutuhan terpenuhi dan berada pada posisi nyaman,
berkecukupan dan bekerja sesuai dengan keinginannya maka pada diri seseorang
akan muncul kebutuhan akan aktualisasi diri. Dalam kebutuhan ini membuat
kepuasan tersendiri kepada diri kita sendiri. Contohnya para pengusaha di
Jakarta, mereka bekerja dengan suka cita untuk mendapatkan keuntungan yang
berlimpah sehingga mereka akan mendapatkan kepuasan tersendiri dari pekerjaan
yang mereka lakukan. Di Jakarta sendiri banyak pengusaha di daerah Jakarta
pusat. Contoh produk kebutuhan aktualisasi diri : realisasi potensi diri, rasa
puas diri, puncak karir, dll.
Teori Motivasi herzberg
Menurut Herzberg
(1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya
factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
di dalamnya adalah kebijakan personalia dan praktek–praktek manajemen
perusahaan dimana suatu pekerjaan dilakukan, supervisi teknis yang diterima
pada pekerjaan tersebut, hubungan antara individu dengan supervisor dan kolega,
dan kualitas kerja.(faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah
pencapaian/penyelesaian pada suatu pekerjaan, pengenalan untuk menyelesaikan
pekerjaan, sifat pekerjaan dan tugas itu sendiri, kelanjutan dan pertumbuhan
dalam kemampuan pekerjaan.(faktor intrinsik).
Jika
dalam situasi kerja faktorfaktor Hygiene tidak ada, Herzberg merasa bahwa
karyawan tidak akan mendapat kepuasan. Namun adanya hygiene factor juga tidak
memotivasi karyawan melainkan hanya membantu mencegah adanya ketidak puasan.
Dalam hal ini juga berlaku pada faktor-faktor motivator, dan jika faktor
motivator ada maka dapat memberikan motivasi dan kepuasan kerja pada tingkatan
yang lebih tinggi. Motivator ini mempunyai kaitan yang setaraf dengan kebutuhan
akan harga diri dan kenyataan diri yang dikemukakan oleh Maslow.
Teori dua
faktor yang dikemukakan oleh Herzberg (dalam Gitosudarmo dan Sudita, 2000)
menyimpulkan dua faktor sebagai berikut:
• Ada
sejumlah kondisi ekstrinsik pekerjaan yang apabila kondisi itu tidak ada,
menyebabkan ketidakpuasan diantara para karyawan. Kondisi ini disebut dengan
Hygiene factor, karena kondisi atau faktor-faktor tersebut dibutuhkan minimal
untuk menjaga adanya ketidakpuasan. Faktor-faktor ini berkaitan dengan kedaan
pekerjaan yang meliputi: gaji, hubungan antara pekerja, jaminan sosial, kondisi
kerja dan kebijakan perusahaan.
• Sejumlah
kondisi intrinsik pekerjaan yang apabila kondisi tersebut ada maka dapat
berfungsi sebagai motivator, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik.
Tetapi jika kondisi atau faktor-faktor tersebut tidak ada, maka tidak akan
menyebabkan adanya ketidakpuasan. Faktorfaktor tersebut berkaitan dengan isi
pekerjaan yang disebut dengan nama faktor pemuas. Faktorfaktor pemuas tersebut
adalah sebagai berikut: prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung
jawab, kemajuankemajuan, pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Sedangkan
menurut Nimran (1999) teori dua faktor disebut
juga konsep Hygiene yang mencakup:
1. Isi
pekerjaan (Content = satisfiers)
• Prestasi
(Achievement)
• Pengakuan
(Recognition)
• Pekerjaan
itu sendir (The work it self)
• Tanggung
jawab (Responsible)
• Pengembangan
potensi individu (Advancement)
2. Faktor
Higienis (Demotivasi = Dissatisfiers)
• Gaji
atau upah (Wages or Salaries)
• Kondisi
kerja (Working condition)
• Kebijakan
dan administrasi perusahaan (Companypolicy and administration)
• Hubungan
antar pribadi
• Kualitas
supervisi.
Referensi
Davis, K. and Newstrom, J.W. 1989. Human Behavior at Work 8 th Edition, McGraw-Hill
International Editions, New York.
Deci, E.L; Cassio, W.F. and Krussel, J. 1975. Cognitif Evaluation Theory and
some Comments on the Calder Staw Critique,
Journal of Personality and Social Psychology, 31, 18-35.
Deckers, L.2001. Motivation,
Biological, Psychological and Environmental, Allyn and Bacon , Boston.
http://novia01.blogspot.com/2012/05/teori-motivasi-maslow.html
http://globallivebook.blogspot.com/2013/07/teori-motivasi-dua-faktor-herzberg-1966.html